Buang Meragumu
sayang... mohon maafkan aku, dua hari kemarin aku seolah hilang tenggelam dan membuatmu khawatir, tak ada pesan yang aku sampaikan bukan berarti tak ada dirimu dalam kepalaku, dihati ini kamu terus terbawa dan tetap berada disana. kamu tentu sudah mengerti walau mungkin itu membuatmu tergores bahwa apa yang telah terbangun dimasa lalu tak kita inginkan untuk meruntuh atau rusak sambil tetap kita bangun apa yang kita miliki saat ini dan seterusnya. dalam saat-saat kemaren aku ingin engkau mengetahui bahwa aku merindukan dirimu adanya, namun sekali lagi maafkan aku tidak menyempatkan diriku memberi pesan dan kabar untuk menenangkan gelisahmu. sayang... selama hidupku aku selalu membentuk diriku untuk tidak pernah meragu, kulakukan karena akupun tidak ingin diragukan. sayang... sepenuhnya aku percaya ketulusanmu, kecintaanmu, segala yang engkau berikan dengan ketegasan-ketegasanmu... karena dengan begitu aku akan begitu tenang, aku tidak akan dihantui rasa curiga yang akan membuat aku gelisah tak tentu. tidak sayang... hidupku dipenuhi oleh penyerahan... ihklas tulus... aku akan menerima apapun, bagaimanapun cinta yang kau berikan, bukan aku tidak peduli... tapi aku percaya... sayang... pandanglah lebih dekat, dekaplah lebih erat, walau hanya angan kamu akan temui bahwa apapun keraguan itu akan jauh lebih baik jika kamu singkirkan, dengarkan hatimu walau mungkin ia keliru, dengarkan rasa mu walau tak selalu setuju. buatlah dirimu meyakini kebenaran dengan fakta nyata, cintai atau benci... jangan biarkan dirimu berada ditengah... karena kamu hanya menyiksa dirimu sendiri... sayang... telah kau akui bahwa keputusan yang kita ambil seringkali suatu keputusan yang salah, tapi sesal hanyalah sesal, dalam sisa hidup kedepan telah ditentukan anugrah yang kita miliki untuk kita ambil dan resapi, telitilah bahwa petunjuk menuju kebahagiaan itu selalu ada
seperti janjiku untuk mengisi ruang kosong dingin dihatimu dengan bait-bait kalimat kerinduan sebelum mampu aku menumpahkan rindu ini dalam pelukan nyata dirimu. Jarak memang membentangkan keberadaan aku dan dirimu, namun dengan sangat sederhana aku hanya bisa mengatakan bahwa rasa ini tumbuh untuk dirimu. mungkin terlalu konyol dan agak bodoh, mengingat perkenalan kita yang cukup singkat yang pada masa-masa itu sama sekali tak pernah terbersit sedikitpun akan ada percikan cinta. begitu sering kita hanya bercanda yang tanpa banyak pretensi, walau mungkin aku banyak memaksa untuk mengenal dirimu lebih jauh. Dan dirimu pun menyingkap dengan perlahan perihal dirimu. semenjak pertukaran kata-kata kita dalam puisi dan pembicaraan kita melalui kawat telpon aku melihat dan merasakan begitu banyak cinta yang engkau miliki, begitu melimpah yang engkau tak mengerti untuk apa dan untuk siapa semua cinta itu. cinta yang juga ingin engkau nikmati. sementara aku disinipun mengalami hal yang demikian, selama perjalanan hidupku, telah banyak aku mencintai, memberi kasih sayang, dan masih saja aku merasa bahwa aku begitu penuh dengan gejolak rasa untuk menyayangi. aku tidak ingin berharap, apalagi meminta (sungguh suatu hal yang tak pantas dan aku tidak memiliki hak atas itu) untuk berharap dan meminta dirimu menumpahkan segala kecintaan yang kamu miliki kepadaku. aku hanya bisa mengajakmu untuk kita berbagi dan menikmati cinta yang sama-sama kita miliki untuk kebahagian tanpa bisa menjanjikan apapun didunia ini. ingin kunikmati lagi rasa merindukan, ingin kunikmati lagi rasa dirindukan, ingin kunikmati lagi rasa cinta itu, bersama dirimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar